![]() |
Sumber: Pinterest |
Membantah pendapat orang lain seringkali diibaratkan
seperti berjalan di atas ranjau. Satu langkah salah bisa memicu ledakan emosi
yang merusak hubungan dan menghancurkan esensi dari diskusi itu sendiri. Tujuan
dari berdebat seharusnya bukan untuk menang atau menunjukkan superioritas,
melainkan untuk bersama-sama mencari kebenaran dan pemahaman yang lebih baik.
Sayangnya, banyak yang terjebak dalam keinginan untuk memenangkan argumen
sehingga melupakan seni berkomunikasi yang santun dan efektif.
Berdebat dengan logis tanpa memicu emosi adalah
sebuah keterampilan yang dapat dipelajari dan dilatih. Ini bukan tentang
menjadi pasif atau menekan pendapat Anda, tetapi tentang menyampaikan sanggahan
dengan cara yang rasional, terstruktur, dan yang paling penting, menghormati
lawan bicara. Pendekatan ini justru akan membuat posisi Anda lebih kuat dan
didengarkan, karena lawan bicara merasa dihargai dan tidak diserang, sehingga
mereka lebih terbuka untuk menerima perspektif yang berbeda.
1. Dengarkan Secara Aktif dan Pahami Seutuhnya
Sebelum mulai membantah, pastikan Anda benar-benar
memahami apa yang disampaikan lawan bicara. Dengarkan tanpa menyela, ajukan
pertanyaan klarifikasi untuk memastikan Anda tidak salah menangkap maksudnya,
dan ulangi poin mereka dengan kata-kata Anda sendiri untuk menunjukkan bahwa
Anda serius mencerna pendapat mereka. Langkah ini sangat penting karena
seringkali konflik muncul dari kesalahpahaman, bukan dari perbedaan pendapat
yang sesungguhnya. Dengan mendengar aktif, Anda juga membuat lawan bicara merasa
dihargai sehingga mereka lebih siap untuk mendengar perspektif Anda.
2. Gunakan Bahasa yang Netral dan Objektif
Hindari kata-kata yang bersifat menyerang,
menyudutkan, atau emosional seperti "kamu salah" atau
"pendapatmu tidak masuk akal". Sebaliknya, gunakan bahasa yang fokus
pada ide atau pernyataannya, bukan pada orangnya. Awali dengan frasa seperti
"Berdasarkan data yang saya temui..." atau "Saya memahaminya
dari sudut pandang yang sedikit berbeda...". Bahasa yang netral mengurangi
kemungkinan lawan bicara merasa diserang secara pribadi, sehingga respons
defensif dan emosional dapat dihindari.
3. Akui Poin yang Valid sebelum Menyampaikan Bantahan
Jarang sekali sebuah pendapat sepenuhnya salah.
Usahakan untuk menemukan bagian yang Anda setujui atau pujilah sisi logis dari
argumen mereka sebelum menyampaikan sanggahan. Teknik ini dikenal sebagai
"Yes, and...". Misalnya, "Saya setuju bahwa faktor X penting,
dan saya juga ingin menambahkan pertimbangan dari faktor Y...". Dengan
mengakui kebenaran sebagian, Anda membangun jembatan dan menunjukkan bahwa Anda
adil, bukan hanya ingin menyangkal. Hal ini membuat lawan bicara lebih rendah
hati dan mau mempertimbangkan sisi Anda.
4. Sajikan Data dan Fakta yang Relevan, Bukan Opini
Bantahan yang kuat didasarkan pada evidence, bukan
perasaan. Alih-alih mengatakan "Saya rasa itu tidak benar", lebih
baik katakan "Dalam penelitian yang dilakukan oleh [lembaga terpercaya],
ditemukan bahwa hasilnya bertolak belakang. Bisa kita bahas datanya
bersama?". Menyajikan fakta yang dapat diverifikasi mengalihkan diskusi
dari perdebatan opini menjadi pencarian fakta bersama. Ini membuat diskusi
lebih objektif dan berpusat pada data, bukan pada ego masing-masing individu.
5. Ajukan Pertanyaan Panduan alih-alih Langsung Menyanggah
Terkadang, membiarkan lawan bicara menyadari
kelemahan dalam argumennya sendiri lebih efektif daripada Anda yang langsung
menunjukkannya. Ajukan pertanyaan terbuka yang mendorong mereka untuk berpikir
lebih mendalam. Contohnya, "Bagaimana pendapat Anda mengenai kemungkinan A
yang tidak tercakup dalam solusi tersebut?" atau "Apa dampak jangka
panjang dari pandangan itu jika kita terapkan?". Pertanyaan yang baik akan
membimbing mereka untuk merefleksikan ulang pendapatnya tanpa merasa dipojokkan.
6. Jaga Fokus pada Topik, Jangan Melakukan Ad Hominem
Kesalahan paling fatal dalam berdebat adalah
menyerang karakter, latar belakang, atau kepribadian lawan bicara alih-alih
membahas ide mereka. Serangan personal (ad hominem) selalu memicu emosi dan
mengakhiri diskusi yang produktif. Tegaslah pada diri sendiri untuk hanya
membahas isu yang diperdebatkan. Jika lawan bicara yang melakukannya, Anda bisa
dengan sopan mengingatkan, "Mari kita kembali membahas topik utamanya agar
diskusi kita produktif."
7. Tawarkan Solusi atau Alternatif, Bukan Hanya Kritik
Sangat mudah untuk mengatakan sesuatu itu salah,
tetapi lebih bernilai untuk menawarkan jalan keluar. Setelah menyampaikan
bantahan, selalu ikuti dengan alternatif atau sudut pandang lain yang
konstruktif. Misalnya, "Daripada pendekatan A, mungkin kita bisa
mempertimbangkan opsi B karena alasan C dan D.". Dengan menjadi bagian
dari solusi, Anda menunjukkan bahwa tujuan Anda adalah membangun, bukan
meruntuhkan, sehingga debat berubah menjadi kolaborasi pemecahan masalah.
Sumber fb Muhamad Salim Akbar


Tidak ada komentar