 |
Bing Image Creator |
Di kota nan megah ini,
Dan bumi gemilang yang dipijak,
Di sini pulalah engkau merangkai,
Segala kisah kehidupan.
Ada yang berisi sedih dan duka.
Hingga menerkam sendu hati.
Kata demi kata yang dirangkai,
Dengan menggunakan tanganmu nan lincah.
Lalu menari di atas kertas putih nan suci.
Dan,
Rangkaian kata indahmu itu juga,
Dibantu pula oleh gerakan tarian penamu.
Hingga,
Segala ocehan di hatimu,
Dirangkai dalam naskah puisi dan syair.
Lalu,
Suara lantangmu membuat pendengar terkagum.
Saat kau lantunkan keluhan hati lewat puisi.
Isak tangis dan ratapan pilu
Saat kau melantunkan goresan hati sedihmu,
Maka para pendengar setia tercinta,
Turut menitikkan air mata sedih di pipinya.
Tapi apabila,
Gerak tangan dan tubuhmu mulai melenggok,
Para penggemar setia,
Turut menari dan melenggok-lenggok,
Tubuhnya yang aduhai.
Di dinding gubuk nan sepi.
Jam dinding pun berdetak pelan.
Memberi kode dan ingin mengabari,
Bahwa,
Engkau sebagai penulis puisi dan syair,
Serta pencetus tarian lenggang lenggok ternama,
Kini telah renta.
Dan,
Jarum kompas pun,
Berputar dan melenggok pelan.
Ini menunjukkan,
Bahwa batas umurmu cukup sekian,
Dan sampai di sini.
Namun,
Segala macam goresan mahalmu,
Tetap mengalir dalam nadi pecintamu.
Para pecinta seniman dan budayawan,
Dengan semangat,
Untuk tetap mencintai,
Seluruh karya senimu,
Dan tak akan padam,
Dan tak akan terkulai layu.
Wahai para Tokoh Seniman dan Budayawan !
Para pecinta hasil karya senimu,
Tetap mengingat dan mengenang,
Segala goresan mahalmu.
Tanpa batas dan jeda.
Begitu juga dengan hasil karya,
Lenggang lenggok yang terpatri di hati.
Tetap diingat,
Dipakai,
Dan digunakan untuk mengisi acara,
Seni dan Budaya,
Di kota termegah yang dicintai ini.
Jasadmu dan segala hasil karyamu,
Tetap dikenang dan diingat selalu.
Karena engkaulah para Seniman tercinta,
Dan para Budayawan terkasih di kota termegahku.
Baganpunakmeranti, Jumat, 25 Juli 2025.12.42
Tidak ada komentar