![]() |
Bing Image Creator |
Iring-iringan karnaval car free day hari Ahad pagi begitu ramai.
Seolah manusia tumpah ruah di jalan yang biasanya macet karena mobil yang padat merayap.
Nindi berjalan anggun di trotoar, sesekali tangannya membidikkan kamera dari gawai cantiknya.
Senyum sesekali rekah dari bibirnya yang sexy saat melihat kegaduhan para pejalan kaki peserta carnaval.
Di ujung trotoar Dion memandang penuh takjub akan kemolekan yang disuguhkan Nindi.
Perlahan langkah Dion mendekati Nindi yang tengah asik mengabadikan para peserta.
"Sayang, selamat pagi", sapa Dion lembut.
Terperanjat, kaget Nindi dibuatnya. Dia tak menyangka pautan rindu kekasih hatinya akan datang menemuinya.
Pipi Nindi bak pau di layang kini bersemu merah, senyum kembali terkembang dan kali ini memperlihatkan geliginya yang bagai biji mentimun, indah dan rapi.
Semakin semaput Dion dibuatnya. Jantungnya berdetak begitu kencang, betapa ingin segera menyunting gadis pujaannya ini.
" Aaiii, kanda curang. Mengapa tidak kabari dinda jika akan datang, kapan kanda pulang dari Bali?".
Nindi memberondong Dion dengan pertanyaan.
"Sengaja, kanda tak sabar ketemu dinda, baru sampai kanda langsung ke sini, menemuimu jeyekku".
Kedua mata mereka beradu, isyaratkan cinta yang tak terbilang.
Hingga pukul 11.00 siang dua anak manusia yang tengah dimabuk cinta masih berbincang soal rindu dan kelanjutan hubungan mereka.
Taman kota adalah tempat paling nyaman bagi orang seperti mereka.
"Kanda, sudah sarapan belum pagi tadi?"
Lalu Nindi meraih tangan Dion untuk bangkit dari duduknya.
"Dinda mau makan apa?, mie Aceh pasti".
Nindi mengangguk sembari tersenyum manja, sebab kekasihnya tahu makanan favoritnya.
Wak Abeh penjual mie Aceh di seluruh kawasan Medan yang paling terkenal, memang ala kaki lima tapi soal rasa resto punya.
Warung beliau ada tepat di seberang jalan dari Taman kota.
Dua sejoli itu bergandengan tangan begitu mesra, tak perduli cuitan para peserta carnaval yang sudah pada istirahat.
" Wak, pesan dua porsi ya, rasa spesial".
"Sip, non Nindi, uwak tahu pakai udang dan cumi kan?".
"Iya wak, biar tahu dulu Bli yang baru pulang ini lezatnya mie buatan uwak".
Dion senyum saja melihat kelakuan Nindi yang gemesin itu.
Satu jam setelahnya mereka pun pulang.
Jalanan sudah mulai dilalui kendaraan, tapi hanya satu satu, itupun mobil para peserta carnaval tadi.
Nindi dan Dion putuskan untuk berjalan kaki saja, agar bisa lebih lama ngobrolnya.
"Duaarrr"
Suara keras tiba-tiba datang dari arah belakang mereka, mobil bapak camat pecah ban dan oleng lalu menabrak Nindi.
Nindi tak sadarkan diri, wajahnya pucat sekali kakinya patah.
Dion meraung keras, air matanya bagai bah.
"Dinda, bangunlah".
Suara Dion parau, perlahan mata Nindi pun terbuka.
Senyumnya terkembang manis sekali.
"Jangan nangis jeyekku, dinda suka dengar tawa dan lihat senyummu".
Lalu mata Nindi terpejam lagi untuk selamanya.
Rokan Hilir, 2 Mei 2020
Tidak ada komentar