![]() |
Microsoft AI Creator |
Bila atsaka melawan herswyn aku mudah, tatkala umlada bertamasya. Aku menjadi ombak genangan hutsyn meluap di segutum meluah. Diumpamakan rembulan bersemyrl di agadama berlumpah ruah cahaya. Laksana aku mendengarkan irama guzheng mengingatkan kenangan itu, yang kadang pilu dan syahdu.
Disusul flute menambah suasana semakin sendu.
Luberlah air mata ini diamuk masa, dan beritme pada melodi yang harsu. Shykaini melambai angan di aksa seperti asmarani. Huapyun Ling Huang Xhiang, erdoi noise wuin young tou, asa berlemut dengung mesra pada nesta atau durja. Kata simpei meludak renjana dibilang belenggu atau rindu. Begitulah, aku mendengar masa lalu. Bahwa Huang Liong Zhang, masih bermain muka dan lugu.
Sebagaimana aku menjelaskan semua hal itu, meski terkadang kaku. Ungkapan-ungkapan yang berasal dari unek-unek, sehingga ingin aku luangkan.
Gending-gending harsa berkecamuk lupa, namun meski terbantu oleh alat-alat itu. Seperti bayang-bayang dan melodi, meski tak terucap namun memberi kesan yang mendalam. Lautan tak bertepi.
Tak ada ombak bila tak ada angin menghampiri. Suara-suara alam di ujung tepi. Ujug-ujug menemui. Erhu dan seruling bambu memberi makna tersendiri.
"Tuan, siapakah dia?" Si dayang memberi tanya pada tuannya.
Lalu tuannya menjawab,
"Dia adalah kondisi."
Agak-agak aneh bila dilalui, namun semesta adalah salam untuk kita.
Niscaya anugerah itu ada. Sebaiknya kita terjun dulu, baru kita melampung beban ini di atas perahu.
Aku pun menaikkan semua itu, meski terkadang ragu.
Bahtera itu berlayar arah angin lalu, dan berhembus pada perahu tersebut.
Aku pun kedinginan dan bersambut.
"Kau kedinginan, Tuan." Si dayang yang memperhatikan kondisi tuanya, yang sedang kedinginan diterpa badai angin.
"Aku tak apa-apa, mari kita lanjutkan perjalanan kita." Tuan berusaha untuk bertahan, meski diamuk badai melanda.
"Tapi, Tuan."
"Kau tak usah mengawatirkan keadaanku, kau tetap ayunkan perahu itu."
"Baik, Tuan."
Perjalanan masih panjang, aku terus berusaha semaksimal mungkin untuk berlabuh di arah tujuan. Godaan dan rintangan semakin dahsyat, aku melambai di antara tangis dan sakit, aku ingin bisa meraih itu.
Apakah mungkin bisa sampai tujuan dalam kondisi seperti ini? Aku hampir putus asa, tapi apalah daya, aku tetap berusaha di tengah perjalanan ini.
Meskipun tubuh ini gemetaran saat menatap badai melanda, aku tetap menyeberanginya.
Aku pun berlayar di tengah samudra, dengan deburan ombak yang terus melanda.
Bersambung ...
Brebes, 12 Maret 2025
Tidak ada komentar