Membingkai Inklusi di Sekolah Reguler

 

Bambang Kariyawan Ys

Dunia pendidikan di negeri ini begitu kompleknya. Dari urusan kebijakan, pembinaan guru dan siswa, penataan sekolah, ujian nasional, sertifikasi guru, dan tidak lepas dari berbagai pembinaan khusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Pemerintah telah menggesa berbagai kebijakan untuk memanusiakan anak-anak berkebutuhan khusus, salah satunya dengan mensosialisasikan program inklusi. Inklusi dapat dikaitkan dengan persamaan, keadilan, dan hak individual dalam pembagian sumber-sumber seperti politik, pendidikan, sosial, dan ekonomi.

Konsep inklusi memberikan pemahaman mengenai pentingnya penerimaan anak-anak yang memiliki hambatan ke dalam kurikulum, lingkungan, dan interaksi sosial yang ada di sekolah. Konsep ini dikembangkan menjadi pendidikan inklusi. Pendidikan inklusi berarti pendidikan yang dirancang dan disesuaikan dengan kebutuhan semua peserta didik, baik peserta didik yang normal maupun peserta didik berkebutuhan khusus. Masing-masing dari mereka memperoleh layanan pendidikan yang sama tanpa dibeda-bedakan satu sama lain. Tentunya konsep ini merupakan konsep yang sangat ideal dan bila mampu diterapkan maka terasa indah jalinan kemanusiaan diantara yang normal dan yang berkebutuhan khusus.

Pendidikan inklusi adalah sebuah impian yang dapat menjembatani anak-anak berkebutuhan khusus untuk belajar dalam kehidupan normal. Namun dalam pelaksanaannya tak lepas dari berbagai hambatan. Antara lain dapat dilihat dari sisi anak berkebutuhan khusus dan anak yang menerima kehadiran anak-anak berkebutuhan khusus. Permasalahan persepsi diantara kedua anak yang berbeda tersebut kadang menimbulkan friksi-friksi kecil atau olok-olokan. Belum lagi pandangan beberapa orang tua yang anak normal juga tidak mau anaknya satu kelas dengan anak berkebutuhan khusus karena takut proses belajar anaknya terganggu.

Pemahaman bersama tentang inklusifitas perlu ditanamkan kepada semua warga sekolah agar hambatan-hambatan yang ada dapat dieliminir. Guru-guru harus dibekali konsep sekolah ramah atas perbedaan tersebut. Melalui bekal tersebut guru-guru akan siap membimbing siswa-siswa memperlakukan siswa yang inklusi dengan pendekatan program pembelajaran individual. Saat ini model pembelajaran mainstreaming merupakan model yang memadukan anak berkebutuhan khusus dan kelas regular. Model ini perlu dikenalkan pada guru-guru sekolah reguler agar terdapat pemahaman yang sama dalam membimbing anak-anak berkebutuhan khusus di kelas regular. Beragam konsep yang mendukung pelaksanaan pendidikan inklusi dalam kelas melalui pemahaman yang sama atas perbedaan maka lambat laun akan menjadi pemandangan dan proses yang biasa dialami oleh anak-anak dan guru-guru di kelas regular. Bagi anak-anak ada pembelajaran berharga yang akan diperolehnya ketika berinteraksi dengan temannya yang berkebutuhan khusus, sedangkan bagi guru akan memperkaya metode dalam memperlakukan beragam latar belakang anak di dalam kelas yang menjadi tanggung jawabnya. Percayalah!

Tidak ada komentar