![]() |
Sumber: Pinterest |
Jalan cinta membaca di sudut nestapa, siapa yang akan membawa jiwa setiap kali kudengar cerita. Dari duri belukar di thorik titik menyapa alur mata angin berserta debu yang berhamburan. Setiap aku heningkan cipta dari lubuk yang paling dalam, sambil berjalan dengan mata yang berkaca-kaca. Siapa yang tega mengatakan itu? Toh, hanya asumsi-asumsi saja. Lihat yang di sana ada orang yang bersusah payah menjaganya dan mengembannya, meski banyak sangkaan dan penderitaan yang telah dihadapinya. Adakah masih mempunyai nurani? Setiap tetesan embun pagi yang kerap menemani hari-hari sampai senja menyapa. Atau bahkan dalam keadaan lapar tak mendapatkan apa-apa buruan itu. Coba cek isi hatimu dan dirimu itu.
Jangan sampai lepas
kendali perkiraan yang maksiat. Biar kau mengerti rasa itu, dan bercermin diri.
Jangan tebarkan virus-virus itu, yang bisa merusak keindahan alam cinta itu.
Tataplah mata angin yang berhembus dari arah itu pagi dan sore, biar kau tahu
apa makna semua itu. Lalu lanjut hatimu yang terapung di antara debu dan air
yang keruh, agar kau dapat mengalirkan
air kotor menjadi air jernih, dan bisa bersih dari sifat-sifat itu yang
kau tanam.
Brebes, 11 Desember 2025


Tidak ada komentar