Cerita Guru Honorer Karya : Kang Thohir


Microsoft AI Creator


      Perjalanan penuh lika-liku di antara pahit dan madu saling menyapa. Di ujung penantian ingin dapat terbang lebih tinggi, namun ditunda oleh aturan, yang membuat resah dan gelisah. Dari sekolah untuk bisa menabung harapan dan cita-cita, untuk lanjut kuliah di perguruan tinggi memilih jurusan keguruan. Karena memang ia ingin menjadi seorang guru atau seorang pendidik untuk membimbing dan mendidik anak-anak, supaya anak bangsa lebih terdidik dan cerdas, atau mencerdaskan anak bangsa. Begitulah harapan yang ia cita-citakan.

       Belajar tanpa henti sampai wisuda dan meraih gelar Sarjana Pendidikan Sekolah Dasar (SPD.SD), yang ditempuh cukup memakan waktu dan biaya. Penuh perjuangan, dan lika-liku untuk meraihnya, sempat sakit karena terkena penyakit sehingga sering bolak-balik ke rumah sakit untuk melakukan kemoterapi, dan juga operasi. Dengan penuh ketegaran yang ia hadapi segala cobaan yang menghampirinya, ia tetap semangat dalam melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kenal lelah dan pantang menyerah. Ia sempat melakukan pekerjaan di luar gelarnya, dengan berkerja di pabrik dan sales obat. Ia berkerja dengan sungguh-sungguh, dan penuh semangat. Setiap hari ia mengantarkan barang, dan keliling guna menawarkan produknya. Ia berkerja ke sana-kemari menawarkan dagangannya dengan menggunakan sepeda motor, yang ia kendarainya. Setelah berkerja cukup lama, di situ ia akhirnya memutuskan untuk berhenti bekerja, dan mencari perkerjaan yang baru.

       Pada akhirnya ia ditawarkan untuk mengajar di SDN Al-Ikhlas, yang berada di dalam lingkungan pondok pesantren. Cita-cita yang ia impi-impikan selama ini ingin menjadi seorang guru, akhirnya tersampaikan juga. Meski sebagai guru honorer ia tetap senang dan ia terima, meski dengan gaji yang sedikit.

Bersambung ...


Brebes, 29 Februari 2025

Tidak ada komentar