![]() |
Microsoft AI Creator |
Belajar menulis sama dengan belajar melukis, yaitu membutuhkan ide dan keterampilan dalam menuangkan imajinasi yang kreatif. Dalam perspektif kita menulis adalah untuk mengabarkan tentang arti sebuah rindu dan cinta berdasarkan pengalaman juga kejadian. Sedangkan ide-ide cerita itu mengalir atas dasar otak dan effortnya sendiri melalui gagasan plotnya, intrinsik dan entrinsiknya, tergantung bagaimana ia merancang dengan baik dan rinci.
Padahal menulis juga butuh pemikiran yang matang, bukan tanpa harus berkonsultasi pada dokter, tapi pemikiran yang baik adalah dari pengalaman dan banyak membaca, karena bisa meningkatkan daya tarik yang lihai dan juga berbobot. Menulis seperti tinjauan alam semesta untuk mengabadikan atau mengabarkan dengan moment tertentu, meski terkadang dengan buku kertas yang seadanya. Bahwa kehidupan ini penuh dengan cerita, meski kadang ada yang bersandiwara dalam kehidupan nyata.
Resiko menulis adalah, adanya ketidakpuasan dalam mengungkapan, dan juga kurang pas ketika dibaca oleh orang-orang. Itulah resikonya jadi penulis penuh dengan tantangan dan juga rintangan. Menulis itu butuh ketelitian dan kedisiplinan waktu dan tempat, karena kita menulis butuh waktu yang lama dan juga kedisiplinan dalam memilih waktu, yang tepat tanpa ada halangan apapun atau dalam keadaan kondusif.
Menulis sastra bukan menulis diary, tetapi kadang juga seperti diary. Karena menulis sastra adalah seni bahasa sasankerta dan budaya bahasa yang indah, seperti aturan diksi dan kaidah kepenulisan, dan juga metafor. Seperti kita melukis alam, kita pelajari dulu teknik-tekniknya, dari yang dasar dan tahap-tahapan akhir sampai menjadi lukisan yang indah dan penuh makna.
Filosofis dalam menulis juga perlu, bahwa menulis itu ada yang mengandung semantik, pragmantik, simbolik dan karakteristik, yang memberikan tulisan itu semakin menarik untuk dibaca dan dipelajari arti dan maksud tulisan itu oleh orang lain, supaya lebih berbobot. Ya, terkadang membingungkan dan penuh misteri ketika kita menelusuri maknanya dan maksudnya. Namun, itulah yang menjadi daya tarik untuk orang-orang yang mau mempelajarinya, atau mendalaminya.
Dan pedalaman kata harus memakai diksi yang kuat agar bisa memberikan efek yang indah, bukan terkesan menonton atau datar pada alur katanya dan ceritanya, padahal kita menulis memakai logika/otak, supaya tak catlog (cacat logika).
Memang menulis itu butuh otak atau pemikiran dan juga rasa, supaya apa yang kita tulis dapat tersampaikan. Akan tetapi, kita perlu dipertimbangkan terlebih dahulu, apa yang hendak kita sampaikan dengan baik dan benar, sebelum kita menuliskannya. Kalaupun untuk tujuan hobi menulis sehari-hari (produktif), ya oke--oke saja sih. Nggak jadi masalah asal sesuai apa yang kita rasakan dan apa yang kita sampaikan. Atau mungkin hanya sekadar untuk menuliskan sejarah dalam hidupnya, itu pun baik pula. Tak jadi masalah, dan mulia. Maka teruskanlah, dan semangat.
Brebes, 22 April 2025
Tidak ada komentar