![]() |
Microsoft AI Creator |
Menatap kesunyian dan senyap di ruangan. Ada gejolak-gejolak yang tak bisa aku ucapkan dan bisik-bisik yang tak bisa aku sebutkan. Entah itu hanya haluan semata? Dirundung gelisah tak menentu. Menanti dan termangu. Ruas kalbu mengecap kenangan itu. Hingga aku semakin depresi di ujung senja. Dilema kehidupan masih melekat di jantung hati ini.
Berbicara pun tak ada yang mendengar, hanya kesunyian yang mampu merekam dan menemani. Semua memikirkan pribadinya masing-masing, aku pun seakan tak dihargai. Bukan berarti aku validasi, namun kenyataannya aku terus disakiti. Dicampakkan dan dituduh yang tidak-tidak.
Aku beranjak, aku meniti jalanku sendiri. Aku sebenarnya ingin berontak. Hidup terasa hambar dan ambyar. Meraung kesepian, dan tak ada yang peduli. Bukan berarti aku sombong, karena tak pernah bergaul. Aku sadar diri aku ini siapa.
Aku berjalan saja dibilang mejeng dan alay, dan sampai dianggap pamer dan palsu. Aku ini manusia punya hati dan perasaan lho. Apakah hanya itu sanjunganmu padaku? Padahal aku tak mengusik kehidupanmu.
Aku memakai sederhana saja dibilang mejeng dan pamer. Sungguh aku tak habis pikir dengan mereka-mereka. Namun, aku sadar, mungkin dengan ini mengurangi atas segala dosa-dosaku. Akan tetapi, rasa itu kadang berubah-ubah, karena sering digituin oleh mereka-mereka. Seakan tak ada habisnya.
Ruang yang pengap, hasrat tak bisa diluahkan. Merpati hilang sayapnya hingga tak bisa terbang. Kupu-kupu semakin punah diambang kesunyian. Mungkin hanya sisa-sisa pilu yang mencengkram geram.
Buai kenestapaan di antara trauma dan jejak kelam.
Masih terbayang-bayang diingatan.
Hardik penuh cacian itu membuat aku bungkam.
Apakah mereka tak memikirkan? Sebenarnya aku ingin enyah dari permasalahan, namun masih saja selalu meneror dalam kehidupanku.
"WuUUuh!! Lebay!" Kata mereka penuh kebencian terhadapku. Aku hanya terdiam saja tak menanggapinya, aku pun pergi dari mereka.
"Sombong! Wagu men!" Kata mereka yang lewat dihadapanku saat itu. Menatap penuh kebencian dan kedengkian.
Aku bersikap cuek dan apatis dengan berlagak tak mendengarnya, padahal aku mendengarnya. Aku bersikap tegar dan sabar menghadapi semua ini, meski terkadang pilu.
Aku dibilang penipu, padahal aku sering ditipu. Aku dibilang palsu, padahal mereka lebih palsu. Aku dibilang munafik, padahal mereka lebih munafik dan licik. Ada-ada saja omongan mereka dan bersikap hasud pada yang lain. Aku diam saja, dibilang yang nggak-nggak, dan menjelek-jelekkanku di depan orang-orang dengan tatapan tajam, dan penuh emosi padaku. Bagai singa yang kelaparan dan mau menerkamku. Ah, sudahlah. Begitulah aku menatap dan mendengarkan semua realita ini, kalau dipikir-pikir membuat aku depresi, dan trauma. Ah, entahlah.
Brebes, 13 Maret 2025
Tidak ada komentar