Semah Rantau dalam Kajian: Catatan Bambang Kariyawan Ys.

 


Menelusuri kata “Semah Rantau” dengan menambahkan kata “Tanjung Beringin Kampar Kiri” dalam dunia maya akan muncul berbagai kajian tentang Semah Rantau. Mulai dari penelitian, tulisan lepas, dan ragam jenis tulisan lainnya telah bermunculan dengan beranda yang sangat banyak. Belum lagi saat membuka media platform unggah video YouTube dengan kata kunci yang lebih kurang sama, bermunculan banyak berita tentang Semah Rantau tersebut. Beberapa buku yang menceritakan tentang Semah Rantau Tanjung Beringin Kampar Kiri pun telah dituliskan sebagai bentuk mendokumentasikan warisan tradisi luhung tersebut. Salah satu buku itu berjudul “Harmoni Masyarakat dan Alam Rimbang Baling” yang ditulis oleh Kunni Masrohanti.

Bentangan hamparan Sungai Subayang termasuk Tanjung Beringin dengan tradisi Semah Rantaunya sebagai momen tradisi menjadi ladang ide tak bertepi untuk dituangkan dalam berkarya. Ragam karya dari lukisan Sang Maha tersebut dapat dituangkan dalam ragam tema dan aliran. Puisi, cerpen, dan novel dikemas dalam satu aliran besar yang kita kenal Sastra Hijau dan Sastra Pariwisata. Demikian pula ragam esai dapat ditumpahruahkan dengan pendekatan ekokritik sastra.

Sastra Hijau menjadi medium penting ketika meletakkan Alam Rimbang Baling sebagai wilayah semula jadi. Alam hutan, sungai, flora, dan fauna menjadi bahan menarik untuk dialihkan sebagai ide/gagasan dalam berkarya. Sedangkan Sastra Pariwisata dengan kekhasan tradisi, seni, dan kulinernya ketika dituangkan dalam media tulis dan digital akan membawa energi untuk mendatangi tempat tersebut. Teringat efek novel Laskar Pelangi untuk Pulau Belitong.

Kajian-kajian ilmiah berupa penelitian untuk skripsi, tesis, dan disertasi takkan pernah habis untuk dijadikan bahan kajian. Mengingat alam dan tradisi menjadi medium kajian lintas disiplin ilmu. Antropologi, Sosiologi, Sejarah, Komunikasi, Biologi, dan disiplin ilmu lainnya menjadikan ruang bermain untuk menjadi kajian yang tak habis untuk dituliskan. Pendekatan beragam teori kebudayaan (akulturasi, asimilasi, adaptasi, evolusi, dan teori lainnya) akan membawa bernas kajian yang dilakukan.

Era digital sekarang memberikan ruang besar untuk mengenalkan tradisi yang jauh dari jangkauan untuk dikenal luas. Ketika kita menelusuri platform unggah video YouTube, ada banyak kita temukan ragam unggahan tentang Semah Rantau, mulai dari acara tradisi Semah Rantau, diskusi Semah Rantau, dan musikalisasi puisi yang menarik dan akan mengantarkan Semah Rantau untuk dikenal global.

 

Bambang Kariyawan Ys., Sastrawan dan Akademisi

 

 

Tidak ada komentar