Novel Anak Air Asin, Prolog (1): Bambang Kariyawan Ys

 Sampan-sampan bergerak perlahan menyusuri tepian laut yang dihiasi rimbunan bakau, lambaian kelapa, dan tiupan cemara laut. Gerakannya perlahan seiring tiupan angin dan arus laut. Gemericik dayung membelah gelombang memecah kesunyian. Sampan-sampan yang mempunyai kajang, itulah istilah untuk menyebut sampan kecil yang hanya berukuran 5 x 1,5 meter yang di atasnya diberi sirap atau atap dari daun kelapa setinggi 75 cm. Kesehariannya kajang dijadikan rumah untuk bertempat tinggal. Beragam kegiatan manusia dilakukan di atas sampan tersebut mulai dari mandi, masak, tidur, dan kegiatan lainnya. Apa mungkin? Bagaimana mungkin? Bagaimana mereka tidur? Jangan pernah membayangkan mereka tidur dengan posisi terlentang dan datar dari ujung kaki sampai kepala. Agar sampan bisa memuat tidur semua anggota keluarga, mereka beristirahat dengan posisi badan melengkung, kepala di sisi kanan sementara kaki di sisi kiri. Pola hidup yang dijalani komunitas kehidupan masyarakat yang disebut Suku Laut itu, telah mempengaruhi postur tubuh mereka. Sehingga rata-rata tinggi orang Suku Laut tidak lebih dari 1,4 meter.

Selama ratusan tahun, Suku Laut benar-benar menjadi ”manusia perahu”, yang hidup di atas perahu. Bagi mereka, laut adalah segala-galanya. Laut adalah ”rumah” yang memberikan naungan sekaligus kemerdekaan hidup. Manusia perahu, ya terkesan marginal dan terbelakang. Dari kaca mata apa kita melihatnya. Manusia perahu tercipta sebagai komunitas yang suka bervolunter namun bersahabat dengan alam.

Keluarga-keluarga Suku Laut yang hidup mengembara memang sangat akrab dengan rumah-rumah sampannya. Setiap keluarga terdiri dari istri, suami, beberapa anak yang hidup dalam satu kajang. Bila anak Suku Laut ada yang menginjak remaja, mereka tinggal dengan kajang sendiri yang berukuran lebih kecil 3 x 1 meter, namun mereka tetap beriringan dalam melakukan petualangan.

Suku Laut biasa hidup berkelompok dengan 5 sampai 8 sampan. Kebersamaan kelompok diikat oleh hubungan kekeluargaan. Setiap kelompok memiliki seorang pemimpin yang biasa disebut dengan batin. Anak-anak suku laut telah tertempah oleh alam dan selalu menyatu dengan asinnya air laut. Sehingga sering mereka disebut Anak Air Asin.

 



Tidak ada komentar